Siapa nih yang tiap marah langsung nangis? Atau tiap marah malah ngehancurin barang? Tiap orang memang punya cara sendiri buat ngungkapin rasa marah atau kecewa. Tapi ga semua orang bisa ngungkapin semua kesalnya loh guys...banyak orang yang berusaha memendam kesalnya dan memilih untuk tidak mengungkapkan dan bahkan lebih memilih untuk membiarkan diri sendiri yang merasakan sakitnya. Biasanya orang menyebutnya dengan self harm...mungkin kata self-harm sudah tidak asing lagi di telinga kalian ya...tapi bagi yang belum tau, sederhananya self harm itu merupakan tindakan menyakiti diri sendiri.
Apa itu self-harm?
Self-harm atau kadang juga disebut dengan self-injury, adalah ketika seseorang menyakiti diri sendiri sebagai cara untuk mengatasi, mengungkapkan, atau bertahan dari keadaan yang sangat sulit. Menyakiti diri dapat dilakukan secara fisik seperti, menyayat, mencakar, memukul, menggigit, membenturkan kepala ke dinding, menarik rambut, menelan sesuatu yang berbahaya, atau overdosis zat tertentu. Menyakiti diri juga dapat dilakukan secara halus seperti, tidak memerhatikan kondisi fisik, tidak memedulikan kebutuhan emosional, atau menempatkan diri pada situasi yang berbahaya.
Mengapa orang melakukan self-harm?
Self-harm tentu saja berbeda dengan aksi bunuh diri. Self-harm sendiri termasuk dalam kategori nonsuicidal self-injury (NSSI). NSSI adalah menyakiti tubuh secara disengaja tanpa berniat untuk bunuh diri dan untuk tujuan yang tidak disetujui secara sosial. Dengan tujuan untuk merasa tenangan dan puas yang sifatnya sementara, namun, perasaan bersalah akan muncul diikuti dengan kambuhnya rasa amarah dan frustasi yang membekap perasaannya.
Pengaruh Masa Kecil
Tanpa disadari,pernyataan seperti, “kamu gak boleh nangis, kalau nangis tandanya lemah, bukan anak mama.” atau “ayo harus kuat, masa kayak gitu aja udah sakit.” di waktu kecil dapat membuat seseorang menjadi tidak terbiasa untuk mengeluarkan emosi, terutama emosi negatif ketika hal buruk terjadi. Akhirnya, ia memilih untuk menyakiti diri secara fisik demi merasakan emosi negatif. Hal ini dikarenakan ia tidak terbiasa merasakan secara emosional dan tidak memahami pula apa yang sedang dirasakanya. Dengan begitu, ia membiarkan fisik yang merasakan dimana rasa sakit dari fisik itu pun terasa nyata bagi dirinya.
Sulit Mengekspresikan Emosi
Tidak semua orang dapat mengenali dan mengekspresikan emosi. Akhirnya, ketika tiba di suatu kondisi yang sangat sulit dan berat untuk dilewati, self-harm menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan emosi yang sedang dirasakan.Self-harm menjadi pilihan karena sulit rasanya mengungkapkan beban berat yang dirasakan melalui kata-kata. Menyakiti diri di mana lukanya dapat terlihat jelas di mata orang lain juga menjadi cara untuk menunjukkan betapa buruknya kondisi yang dirasakan. Selain itu, memberitahukan bahwa seseorang merasa perlu dan pantas untuk diperhatikan.
Lebih Baik Merasa Sakit
Bagi seseorang yang merasa diabaikan, tidak dicintai, atau mengalami “mati rasa” dalam hidupnya, merasakan sakit adalah pilihan yang lebih baik. Merasa sakit akibat self-harm yang dilakukan menjadi hal lain yang dicari dan dirasa lebih baik daripada hanya merasakan kekosongan dalam dirinya.
Pengaruh Pandangan terhadap Diri
Seseorang yang merasa rendah diri (self-esteem rendah) atau membenci dirinya sendiri melihat self-harm sebagai pengalihan atas emosi yang dirasakan, seperti marah, benci, jijik, sepi dan tertekan. Ketika ia menyakiti diri sendiri, maka akan merasa lebih lega karena telah mengalihkan emosi-emosi tersebut pada sakit fisik yang dirasakan.
Membantu untuk Fokus Kembali
Seseorang yang mengalami trauma atau pengalaman pahit lainnya bisa teringat kembali pada masa menyakitkan itu tanpa disadari. Teringat kembali pada masa lalu itu pun bukan sesuatu yang bisa dikontrol karena dapat terjadi kapan saja. Demi bisa kembali fokus pada situasi saat ini, self-harm pun dilakukan. Dengan menyakiti diri, seseorang seolah-olah dipaksa untuk kembali sadar pada masa sekarang dan kembali pada kendali diri dengan membebaskannya dari kilas balik pengalaman pahitnya.
Pain Offset Relief
Sebuah penelitian menemukan, orang-orang mengalami perubahan emosi secara positif setelah menerima respons yang mengejutkan fisiknya. Hal ini sesuai dengan penemuan para psikolog sebelumnya 70 tahun yang lalu, mengenai pain offset relief. Pain offset relief menjelaskan, pada umunya setiap orang memberikan respons yang tidak menyenangkan terhadap rangsang yang menyakitkan. Namun ternyata, setelah menerima rangsang yang menyakitkan tersebut, dapat membuat seseorang merasa senang/bahagia dalam waktu singkat.
Peneliti pun berpendapat, orang yang melukai dirinya sendiri seperti memasuki mekanisme pain offset relief ini. Ketika menyakiti diri pertama kali, seseorang akan merasakan sakit yang tidak menyenangkan. Akan tetapi, ketika terus menyakit diri dan merasa lega setelahnya, dirinya akan melihat adanya hubungan antara “menyakiti diri” dengan “kelegaan” atas sakit yang dirasakan. Akhirnya, seseorang akan kembali menyakiti dirinya sendiri.
Menghukum Diri Sendiri
Sebagian orang melakukan self-harm sebagai bentuk menghukum diri sendiri. Mereka meyakini bahwa mereka telah melakukan kesalahan (bahkan mungkin kesalahan itu belum dilakukan) dan merasa mereka pantas untuk menderita. Biasanya hal ini dikarenakan pengalaman pahit di waktu dulu, seperti mengalami kekerasan atau perundungan. Karena pernah mengalami itu, muncul keyakinan bahwa mereka memang pantas untuk dirundung, pantas untuk diberi kekerasan dalam pikirannya.
Mengalami Gangguan Mental
Beberapa orang yang melakukan self-harm, didiagnosa mengalami gangguan mental dalam dirinya. Gangguan mental seperti, depresi, kecemasan, skizofrenia, atau gangguan kepribadian lainnya. Sebuah survei yang dilakukan di Inggris menemukan, orang yang memiliki gejala gangguan mental cenderung lebih banyak yang menyakiti dirinya di masa lalu.
Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah self-harm?
Untuk kalian yang mungkin sedang merasakan depresi dan mengalami berbagai masalah, kalian bisa memilih jalan lain untuk mengekspresikan marah kalian. banyak hal yang menarik untuk kalian coba seperti :
Menulis journal
Dengan menulis journal kalian dapat mengungkapkan berbagai perasaan kalian di buku yang kalian tulis. Menulis journal juga bisa memberi rasa santai dan tenang sehingga kalian akan lebih santai dan lega.
Berekspresi dengan warna
Olahraga
Cara mengungkapkan rasa kesal yang sangat efektif salah satunya adalah dengan cara olahraga. kalian bisa melakukan olahraga apapun seperti lari, renang, atau bulu tangkis. Dengan melakukan olahraga, kalian dapat mengeluarkan rasa marah yang akan semakin reda ketika kalian lelah.
Dengerin musik
Salah satu cara yang paling sering kita pakai kalo lagi sedih atau kesal adalah dengerin lagu. kalian bisa merasa lebih tenang setelah dengerin lagu dan membantu buat mood jadi baik lagi.
So..buat kalian yang mungkin ngerasa sering kesal, marah, emosi, atau kecewa, dll, kalian ga perlu sedih ya...masih banyak cara lain buat ngungkapin rasa marah dan emosi kalian kok. Jangan pernah ngerasa sendirian ya….banyak yang sayang kok sama kalian. Dan buat kalian yang punya temen atau kenal sama orang yang sering depresi, jangan kalian menilai dengan melihatnya sebagai perilaku yang salah, memberi cap sebagai pencari perhatian, mencemooh, atau malah menjauhinya. Karena mereka butuh perhatian dan pendengar yang baik.
Komentar
Posting Komentar